watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKHIR KISAH SELINGKUH

Malam itu Rini sedang menangis di hadapanku.
Kisah selingkuh kami ketahuan oleh istriku. Aku
yang sangat mencintai istriku telah berjanji untuk
berhenti selingkuh, dan malam ini adalah
kesempatanku untuk menjelaskan pada Rini. Rini
adalah wanita berjilbab yang masih single,
berusia 22 tahun. Dulunya dia adalah rekan kerja
dari sahabatku. Hobi fotografi membuat kami
saling kenal, karena dia bersedia untuk difoto
olehku yang masih sangat pemula. Tidak lama
setelah berkenalan, Rini mulai menceritakan kisah
cintanya yang ternyata tidak bahagia. Meskipun
telah berencana menikah, calon suaminya
ternyata sering berlaku keras dan berkata kasar.
Akupun sering bercerita tentang masalah
keluargaku. Pernikahan di usia muda
membuatku dan istri sering bertengkar.
Sementara ketika menghadapi Rini yang sabar
dan penyayang, aku merasa sangat nyaman.
Begitu juga yang Rini rasakan ketika bertemu
aku. Tanpa sadar, kami pun sering ber sms dan
mulai mengatakan saling menyayangi. Hanya
saja, sebuah sms yang salah kirim membongkar
semua. Kini Rini bersedia datang menemuiku di
kamar kosan tempat kami biasa berduaan.
Rini yang mencoba memahami situasi ini terlihat
sangat sedih. Katanya dia takut kehilangan aku.
Oh, betapa tangis wanita selalu bisa
melumpuhkan dunia, begitupun aku saat itu.
Wanita ini sangat baik, sabar, penyayang, dan
memiliki keinginan kuat. Matanya yang sembab
membuatku sangat ingin memeluknya, mungkin
untuk yang terakhir kali. Akhirnya kuraih
tangannya dan meletakkan kepalanya di
pundakku. Isak tangisnya pun meledak, tak lagi
sanggup dibendung. Entah mengapa aku sangat
merasa bersalah, meskipun aku merasa itu salah
kami berdua. Semakin erat pelukanku
kepadanya, dan kurasakan dia melakukan hal
yang sama. Kemudian kuangkat wajahnya,
kudekatkan kewajahku, aku tak sanggup
menahan bibir untuk bicara, "I Love You, Rini".
Dalam isak tangisnya dia juga berkata, "Love You
Too, Ari...". Sungguh bergetar hatiku saat itu,
dan tidak terasa aku mengecup bibirnya
perlahan.
Kulihat untuk sesaat Rini memejamkan matanya,
sepertinya dia merasakan getaran perasaan
hingga ke hati. Kurasakan jantungku berdetak
semakin cepat. Rasa sayang ini menyatu
bersama kekecewaan mendorongku untuk
memagutnya lebih dalam. Kukulum bibirnya
yang ranum dan jarang disentuh laki-laki, dan
kurasakan bibirnyapun membalas ciumanku.
Sepertinya "pertemuan terakhir" ini menjadi
luapan segala emosi yang pernah kita jalani
bersama. Pertemuan sembunyi-sembunyi,
memasak untukku, makan bareng, ciuman-
ciuman kecil, dan menghabiskan malam berdua
meskipun hanya memandang bulan. Dan sedikit
pelukan tentunya.
Malam ini Rini terasa seperti kehilangan rem.
Lidahku mulai menjelajah liang mulutnya,
meraba deretan giginya, dan sesekali dihisapnya.
Ketika kutemukan lidahnya, kuelus dengan
lidahku dan bertarung dahsyat. Bibir dan kepala
kamipun mulai bergerak liar. Pelukan yang
tadinya kencang mulai mengendur, karena satu
tanganku tidak lagi memeluk. Dia telah berpindah
ke depan untuk memegang lembut dadanya.
Sebuah reflek yang biasa kulakukan ketika
berciuman dengan istriku, tapi ini yang pertama
kali kulakukan pada Rini. Awalnya aku kaget dan
takut membuat Rini marah, namun anehnya Rini
tidak bereaksi apapun kecuali melanjutkan aksi
ciuman kami. Karena merasa dia memberikan
ijin, tanganku mulai meraba kedua perhiasan
yang selama ini dijaganya itu. Payudaranya
memang tidak besar, namun menyentuhnya
membuat darahku makin memanas.
Di saat itu sepertinya rem kami berdua makin
blong. Kurebahkan Rini yang masih berbusana
lengkap plus jilbab di kasurku, supaya aku bisa
leluasa menciumnya sambil menjelajahi dua
bukit muda yang jarang dijamah itu. Terasa
makin lama nafas Rini pun makin memburu,
seolah mengisyaratkan kepadaku bahwa dia
ingin kumiliki. Ciuman kami dan rabaanku
semakin liar hingga jilbabnya mulai berantakan.
Karena makin menggangu, maka kulepas saja
jilbab itu, namun agak sulit karena banyak peniti
disana sini. Jilbab itu akhirnya tanggal setelah dia
membantunya. Tampaklah wajah dan
rambutnya yang baru pertama ini kulihat. Wajah
putihnya yang cantik ditambah rambutnya yang
acak-acakan semakin membuatku menjadi
bernafsu. Untuk sementara kulupakan rasa
bersalahku, kulupakan rasa hormatku, dan
kulupakan istriku. Yang ada hanya nafsu yang
memuncak.
Tak tahan lalu kucoba mencari kancing bajunya,
dan ingin kulepaskan. Aku menjelajah ke seluruh
tubuhnya, namun tak kutemukan. Aku ternyata
kurang akrab dengan baju seperti ini. Rini yang
mengetahui kebingunganku tersenyum kecil dan
membuka resleting baju yang ada di bagian
samping, dan membiarkan aku melakukan
sisanya. Tanpa lama-lama lagi, kubuka baju itu,
dan terpampang sebuah pemandangan yang
sangat indah yang seperti baru pertama kali
kulihat. Hamparan kulit putih bersih dan tercium
wangi yang biasa ditutup sangat rapat sekarang
terbuka lebar di hadapanku untuk kunikmati.
Kuelus lembut perutnya, dan ternyata sangat
sangat halus dan lembut. Payudara yang
tersembul tertutupi bra warna hijau adalah
puncak keindahan pemandangan itu. Namun aku
yakin ada yang lebih indah di dalamnya.
Kulepas paksa bra itu, diiringi rintihan penolakan
kecil yang tak berarti dan tidak menghentikan aku
untuk melakukannya. Tak perlu usaha keras, bra
itupun tak lagi menutupi keindahan itu. Dua buah
payudara yang putih dan sangat mulus,
berujungkan puting kecil berwarna merah muda
yang menegang. Warnanya yang merah muda
segar menandakan area ini belum pernah
dijamah pria manapun. Sungguh makin tak
kuasa aku menahan gejolak ini. Kuremas
payudara itu dengan lembut, dan kuhisap
putingnya. Gerak lidahku bermain membuat Rini
mendesah-desah pendek, sambil menggerak-
gerakkan kakinya. Aku tahu dia gelisah, terjadi
pertarungan antara ketakutan karena ini adalah
pengalaman pertama, sekaligus dorongan nafsu
yang sudah di ubun-ubun. Kurasakan tangannya
menyentuh bagian belakang kepalaku dan
membantunya bergerak. Dia menikmati itu.
Pasti.
Ciumanku kembali ke atas, menjamah leher dan
kemudian telinganya. Aku sempat bertanya,
"Kenapa mau Rin?". Sambil menyentuhkan
payudaranya ke dadaku yang kini bersentuhan,
dia berbisik, "Beginilah kalau wanita sudah cinta,
Ari..". Karena terbawa suasana, tanganku kini
menjelajah pangkal pahanya yang masih
tertutup rok panjang warna hitam. Untuk
sejenak kucari celah kecil dari luar rok, dan
kurasakan Rini melonggarkan kakinya dan
menikmati itu. Tak lama kuangkat rok itu hingga
pinggang, namun masih ada stocking yang
menggangguku. Pertahanan wanita ini sungguh
berlapis. Maksudnya memang untuk menjaga
diri dari godaan lelaki. Apa daya malam ini dia
benar-benar takluk padaku. Kulepaskan
stockingnya dengan terburu-buru dan
kulemparkan entah kemana. Celana dalam
sebagai pertahanan terakhirpun segera
kutanggalkan. Aku sangat tidak tahan. Setelah
kupastikan celah itu sudah basah melalui
sentuhan jariku, kupindahkan kepalaku menuju
vagina nya. Tercium aroma khas yang agak
asam dan wangi, dan berbulu tidak terlalu lebat.
Wanita ini benar-benar merawat aset pribadi
nya. Kucium dan kujilat-jilat pintu vaginanya,
membuat Rini mengerang lebih keras. Terdengar
rintihannya, "Ariiii, oh, Ariiiii... shhhh...". Rintihan
yang seperti penyemangat ku untuk
mengeksplor lebih, kucari klitorisnya, kujilat dan
kukulum. Lidahku kumainkan berirama, cepat
dan lambat bergantian. Tidak lama, kurasakan
pahanya bergetar dan tangannya
mencengkeram rambutku sekitar 3 detik, lalu
melemas. Sepertinya dia orgasme. Barangkali
untuk yang pertama kali sepanjang hidupnya.
Kuhentikan semua aktifitasku. Kubiarkan dia
telentang agak ngangkang dengan mata
terpejam dan nafas yang masih memburu.
Hanya rok yang tersingkap di pinggang yang
tersisa di tubuhnya. Kupandangi sekujur
tubuhnya yang putih mulus tanpa cacat.
Sungguh sayang badan seperti ini selalu ditutup.
Betapa beruntung laki-laki yang memilikinya
nanti, pikirku. Namun tiba-tiba aku berpikir,
bukankah aku lebih beruntung jika berhasil
merasakannya untuk yang pertama kali? Seketika
hasratku kembali memuncak. Kulepaskan
seluruh pakaianku tanpa sisa. Senjataku yang
mengeras tampak tegang menantang. Rini
melihat itu tidak terlihat kaget. Mungkin dia
pernah melihatnya di bokep atau di tempat lain.
Segera kudekatkan ke mulutnya dan dengan
sigap Rini mengulum dan menghisapnya. Dari
caranya memperlakukan itu, sepertinya itu
bukan yang pertama. Mungkin calon suaminya
pernah memaksa melakukan itu. Atau memang
dia sangat berbakat, entahlah. Yang pasti dari
bentuk dada dan responnya terhadap
rangsanganku, calon suaminya itu seperti tidak
berani bertindak jauh dalam menjamah Rini. Ah,
sudahlah, tidak perlu memikirkan orang lain.
Yang jelas kuluman ini terasa sangat nikmat,
pinggangku otomatis mengikuti gerak maju
mundur. Sesekali mata Rini melirik mataku dan
tersenyum ketika melihat aku keenakan.
Tak lama kulepaskan senjataku dari mulutnya.
Aku rasa inilah saatnya. Segera badanku
menindihnya, langsung mengulum bibir Rini dan
meremas-remas dadanya. Rini seperti belum
siap untuk kembali terangsang, tapi aku tidak
peduli. Kulitku telah menyentuh kulit putih
mulusnya, dan senjataku bergerak-gerak di
depan liang kenikmatan itu. Aku menatap
matanya seolah bertanya, dan spontan kepala
Rini menggeleng. Namun ketika kupagut lagi
bibirnya, gelengannya berhenti, berganti dengan
ciuman balasan yang maut, pelukan ke pundak,
dan lutut yang kini menekuk. Karena kuanggap
dia lengah, maka nekat saja kudorong kepala
senjataku memasuki liang vaginanya. Keningnya
mengrenyit, ciumannya berhenti, dan kembali
menggeleng. Namun badannya tidak bereaksi
apapun. Maka kudorong lagi pinggangku lebih
dalam. Rini terpejam dan memalingkan
mukanya. Tangannya yang masih melingkar di
pundakku terasa menegang. Tak tahan lagi,
maka kucoba masukkan lebih dalam. Dan,
blessssssss... separuh senjataku pun masuk
diiringi lenguhan tertahan dari Rini. Kurasakan
senjataku mentok tertahan tidak bisa masuk lagi,
maka kugoyangkan saja separuh yang di dalam
itu. Aku merasa sangat sangat nikmat.
Kehangatan vagina wanita yang disetubuhi
pertama kali memang tak tergantikan. Tak ada
lagi bentuk penolakan apapun dari Rini. Dia
hanya terpejam dan keningnya mengrenyit.
Maka kupagut lagi lehernya, kutinggalkan cupang
kecil untuk kenang-kenangan. Ketika pinggang
Rini mulai ikut bergerak, kucabut lagi senjataku
dari liangnya, lalu kumasukkan kembali perlahan-
lahan. Masuk-keluar ini berlangsung beberapa
kali hingga secara refleks tiba-tiba pinggangku
menghentak dan mendorong lebih dalam.
Bleessssssss!!!!!
"Aaaaahhhhh....." Rini kini memekik.
"Aaaarrriiiii...". Senjataku sudah ada di dalam
sepenuhnya. Rini lalu melingkarkan kakinya di
pinggangku. Entah apa yang ada di pikirannya
kini. Yang jelas posisi ini membuatku leluasa
untuk memaju mundurkan pinggangku. Vagina
nya yang basah dan hangat benar-benar nikmat
dan membuatku terbang. Seorang wanita
berjilbab yang biasa menutupi tubuhnya dengan
pertahanan berlapis sedang berada di bawahku,
kutindih, kusetubuhi, kunikmati, dan kutusuk
vagina nya dengan senjata ampuhku hingga
membuatnya keenakan. Kugerakkan pinggangku
tanpa ampun. Senjataku pun keluar-masuk
dengan sangat bebas dan berirama. Kadang
cepat dan kadang lambat. Rini benar-benar
terbawa suasana dan menikmati permainan ini.
Kulihat sekarang Rini mulai on fire. Nafasnya
yang memburu, wajahnya yang memerah, dan
pinggulnya yang ikut bergerak menandakan dia
sedang bergerak menuju titik nikmat itu.
Kuhentikan gerakanku, kusuruh dia pindah ke
atas. WOT. Sebuah posisi yang agak aneh untuk
wanita berjilbab, namun aku yakin itu akan
membuatnya bahagia. Meskipun agak ragu, Rini
menuruti juga. Aku yang telentang dengan
senjata mengacung tegak menunjuk langit
segera didudukinya. Dengan senjataku ada di
dalam vaginanya, Rini bergerak bergoyang
mencari iramanya sendiri. Tanganku
membantunya dengan meremas dua bukit
nikmatnya dan meremas pantatnya yang sangat
kenyal dan padat, sambil sesekali meraih
kepalanya untuk melumat bibirnya. Setelah
beberapa menit bergoyang, Rini tiba-tiba
bergerak tak beraturan sambil mengerang tak
jelas. Tangannya menggenggam lenganku
dengan kuat. Gerakan ini berlangsung sekitar 10
detik. Rini orgasme. Lagi.
Ketika Rini sudah lemas, kini giliranku untuk
menghabisinya. Kubiarkan dia telentang
ngangkang tanpa tenaga, dan ku eksplorasi liang
vaginanya dengan senjataku yang sudah tegang
sejak awal permainan tadi. Dengan wajah sayu
dan mata terpejam, Rini menerima begitu saja
sodokan-sodokanku di vaginanya. Sambil
merem keluar beberapa suara dari mulutnya.
"Hmmmpfh..", "Ariiii...", "Sayaaaangh...",
"Eeemmmhhh...", "Ssssh...". Aku merasakan
nikmat tiada tara yang makin lama makin
memuncak. Gerakan pinggangku makin lama
makin cepat, dan senjataku terasa makin peka.
Kupercepat saja goyangan itu karena sodokan itu
makin enak, dan rupanya Rini menyambutnya
dengan kembali melingkarkan tangan di pundak
serta kakinya di pinggangku. Spontan kusambut
dengan pelukan juga, dengan dadaku
menyentuh payudaranya yang lembut. Setelah
beberapa detik goyanganku mencapai titik
tercepat, aku berhenti. "Riniii... oooooh... Ouch,
Ergh, ssssh.. Akkkkuuuuu keellluaaaaar...".
Semburan sperma tak sanggup kutahan terlepas
ke dalam rahim Rini. Aku tak ingat apapun
termasuk kemungkinan Rini hamil. Aku benar-
benar larut dalam kenikmatan. Spermaku keluar
hingga tujuh kali. Setiap kali sperma keluar, Rini
sedikit melenguh sambil menolehkan kepala ke
sisi yang lain. Di semprotan ke empat terasa
pelukan Rini kembali menguat dengan kepalanya
bergerak tak teratur dan erangan tipis.
Tampaknya Rini orgasme untuk yang ketiga kali,
namun kali ini tidak terlalu kuat. Setelah semua
spermaku kurasakan keluar, akupun terjatuh
lemas di sebelah Rini. Kasur kosku yang tidak
luas sangat pas untuk tubuh telanjang kami
berdua. Sungguh kenikmatan luar biasa yang
kurasakan saat itu. Terlebih lagi karena mampu
membuat Rini bahagia.
Beberapa menit setelah kami mulai bisa
mengumpulkan kewarasan, Rini kembali terisak.
Kali ini tidak ditahannya. Dibiarkan air mata itu
mengalir di pipinya. Aku tahu dia menyesal, aku
tahu dia marah, aku tahu dia kecewa, namun
aku tahu bahwa ini adalah luapan cinta kami
yang sangat indah meskipun salah arah. Selamat
tinggal Rini, kenanglah aku selalu. Kutunggu
kabar darimu, dan tak sabar aku melihat seperti
apa wajah anakmu kelak..


Adult | GO HOME | Exit
1/2051
U-ON

inc Powered by Xtgem.com